12/20/2019

PERBANDINGAN KURIKULUM PENDIDIKAN GEOGRAFI DI INDONESIA DAN AMERIKA


1.    KURIKULUM PENDIDIKAN GEOGRAFI DI INDONESIA
Geografi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan kausal berbagai gejala dan peristiwa di permukaan bumi, merupakan mata pelajaran penting yang dapat memberikan sumbangsih dalam mengatasi permasalahan dunia. Di sejumlah negara, geografi telah ditempatkan sebagai mata pelajaran inti dan telah banyak membantu proses pengambilan keputusan dalam pembangunan. Di Indonesia, materi geografi diberikan pada jenjang pendidikan dasar sebagai bagian integral dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan baru diberikan pada jenjang pendidikan menengah atas sebagai mata pelajaran tersendiri. Untuk mencapai kompetensi bidang geografi pada Abad XXI, Kurikulum 2013 telah mempertimbangkan berbagai tuntutan, masalah, dan harapan bangsa Indonesia pada khususnya dan harapan dunia pada umumnya sebagaimana yang dirumuskan pada Framework for 21st Century Learning. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku.

A.  Kompetensi Setelah Mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi salah satu mata pelajaran di pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs), sedangkan di pendidikan menengah (SMA/MA) IPS dikenal sebagai kelompok peminatan bersama-sama dengan peminatan MIPA; Bahasa dan Budaya. IPS di pendidikan dasar khususnya SD, bersifat terpadu-integrated karena itu pembelajarannya tematik. Pada kelas rendah (I,II dan III) IPS dipadukan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika; pada SD/MI kelas tinggi (Kelas IV, V, dan VI) menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri.  Pada jenjang SMP/MTs, pembelajarannya bersifat terpadu-korelatif, secara materi konsep-konsep ilmu sosial dalam IPS belum terikat pada tema. Pada pendidikan menengah yaitu SMA/MA  IPS menjadi kelompok peminatan, yang di dalamnya terdiri atas mata pelajaran yang berdiri sendiri (monodisipliner) yaitu Geografi, Sosiologi, Ekonomi, dan Sejarah.

B.  Kompetensi Dasar Pembelajaran Geografi di Sekolah
Mata pelajaran geografi pada jenjang SMA merupakan kelanjutan dan tidak terpisahkan dari mata pelajaran IPS yang telah diberikan di sekolah pada jenjang SD dan SMP. Oleh karena itu, pengembangan kompetensi Mata Pelajaran Geografi memperhatikan prinsip relevansi dan keberlanjutan (kontinuitas) dari kompetensi yang telah diberikan sebelumnya.
-     Ruang lingkup mata pelajaran geografi yang terinci pada tujuh butir sebagaimana telah diuraikan di atas yaitu (a) literasi keruangan dan keterampilan geografi,  (b) geografi fisik, (c) geografi manusia, (d) interaksi lingkungan,(e) geografi regional, (f) pemanfaatan geografi, (g) koneksi global dan pengelolaan perubahan.

C.  Kontekstualisasi Pembelajaran Sesuai dengan Keunggulan dan Kebutuhan Daerah, dan Kebutuhan Peserta Didik
Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dan diperkaya dengan konteks daerah atau sekolah serta konteks global untuk mencapai kualitas optimal hasil belajar pada peserta didik. Kontekstualisasi pembelajaran bertujuan agar peserta didik tetap berada pada budayanya, mengenal dan mencintai lingkungan alam dan sosial di sekitarnya dengan perspektif global, sekaligus menjadi pewaris bangsa sehingga menjadi generasi tangguh dan berbudaya Indonesia.
Kontekstualisasi pembelajaran geografi dapat dilakukan melalui strategi-strategi sebagai berikut.
1. Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai contoh dan ilustrasi dalam kegiatan pembelajaran. Contohnya adalah menceritakan kondisi lingkungan dalam bentuk narasi atau menunjukkan foto tentang situasi dan kondisi lingkungan, serta memberi tugas kepada peserta didik untuk mengobservasi lingkungan sekitar.
2. Mengangkat masalah atau kasus yang terjadi di lingkungan sekitar sebagai bahan kajian dalam diskusi dan kegiatan pembelajaran berbasis masalah lainnya (problem based learning)
3. Membuat peta, menganalisis citra pengindraan jauh, membuat tulisan, dan/atau tugas lainnya tentang wilayah setempat atau wilayah lain yang berada dalam jangkauan peserta didik.
4.   Memanfaatkan sumber belajar, media pembelajaran, dan alat peraga yang diambil dari lingkungan sekitar

2.    KURIKULUM PENDIDIKAN GEOGRAFI DI AMERIKA
Tahun 1989, gubernur negara bagian dan Presiden Bush memasukkan geografi sebagai satu dari lima mata pelajaran inti dalam dokumen National Educational Goals. Riding media coattails dan federal menyetujui, kemudian National Geographic Society (NGS) mengembangkan dokumen Geography For Life (GFL) sebagai Standar Geografi Nasional, 1994. Dokumen ini berfungsi sebagai landasan utama untuk analisis yang dilakukan dalam penelitian. Dalam Tujuan Presiden Clinton tahun 2000: Undang-Undang Amerika, mengatakan bahwa geografi merupakan salah satu dari sembilan mata pelajaran inti, namun tidak diwajibkan dalam standar setiap negara dan tidak memiliki aturan khusus.

A.  Metode Analisis Konseptual Kurikulum Nasional
Menganalisis masing-masing kurikulum (isi) untuk standar geografi (konsep) menggunakan analisis konseptual. Ada 18 standar geografi nasional pada tingkat pendidikan. Masing-masing definisi konseptual yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.   Tingkat Pendidikan: Dibagi menjadi empat tahap pengetahuan yang harus dicapai yaitu: Sebelum akhir kelas Pertama, Keempat, Kedelapan, dan Keduabelas. Variabel ini mencerminkan segmen pendidikan Geography For Life (GFL) dan No Child Left Behind Act (NCLB).
b. Kurikulum Perguruan Tinggi : Apapun yang negara sebut kurikulum mengacu pada topik dan tujuan yang tercakup dan dibahas dalam pendidikan publik mereka, khususnya kurikulum geografi. Ini dipecah lagi oleh tingkat pendidikan, dengan catatan: jika kisaran kelas tiga-lima konten dianalisis di kelas empat, jika tidak ada rincian untuk kelas satu apa yang tersedia disertakan dalam segmen kelas empat.
c.  18 standar geografi nasioal yang diidentifikasi sesuai dengan publikasi Geography For Life (GFL) tahun 1994, berdasarkan tingkat pendidikan. Standar ini harus diperkenalkan, diperkuat dan juga dipertahankan sepanjang pengalaman pendidikan seseorang.

B.  Pembelajaran Pendidikan Geografi di Amerika

Tabel 1. Praktik Geografi: Geografi untuk Kehidupan, Praktek Proyek Road Map, dan Praktik Komite Penelitian Geografi
Keterampilan, Geografi dalam Hidup
Praktik projek Road Map
Praktik, kelompok Penelitian Pendidikan Geografi
Meminta pertanyaan geografis
Berpose pertanyaan geografis
Merumuskan pertanyaan geografis
Mendapatkan informasi geografis
Mendapatkan informasi geografis
Mendapatkan, mengatur, dan menganalisis informasi geografis
Mengorganisir informasi geografis
Mengorganisir informasi geografis
Menganalisis informasi geografis
Analyzing geographic information
Menjawab pertanyaan geografis
Menjawab pertanyaan dan merancang solusi
Menjelaskan dan mengkomunikasikan pola dan proses geografis
Mengkomunikasikan informasi geografis


Tujuan Proyek Peta Jalan, mendefinisikan proyek tersebut berfokus pada praktik geografi. Tiga praktik geografis spesifik yang penting untuk dipelajari dan dipikirkan dengan mahir dalam geografi diperoleh: (1) merumuskan pertanyaan geografis; (2) memperoleh, mengatur, dan menganalisis informasi geografis; dan (3) menjelaskan dan mengkomunikasikan pola dan proses geografis. Tiga praktek Road Map Project "memperoleh informasi geografis," "mengatur informasi geografis," dan "menganalisis informasi geografis." Fokus pada "di mana" dan "mengapa ada" fenomena geografis membingkai cara geografi memandang dunia dan bagaimana pengetahuan geografis dibangun (Roberts, 2003).

C.  Kontekstualisasi Pendidikan Geografi di Amerika
Banyak guru di Amerika Serikat tidak memiliki keterampilan dasar geografi. Aspek desentralisasi standar nasional ini menempatkan pendidikan geografi pada  kerugian dibandingkan dengan negara-negara lain di seluruh dunia. Kebebasan mengambil spesialisasi di sekolah swasta dapat mengorbankan mata pelajaran  geografi itu sendiri. Pendidikan geografi masih dianggap remeh. Negara-negara belum menempatkan geografi dalam kurikulum di setiap tingkatan sekolah. Pendidik perlu memahami GFL  untuk mengenalkan geografi selama  di sekolah.

Kesimpulan
Kurikulum pendidikan geografi baik di Amerika maupun di Indonesia sama-sama menggunakan pendekatan abad 21 dimana dalam pembelajaran menekankan siswa untuk berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penilaiannya menggunakan aspek pengetahuan dan keterampilan pembedanyan hanya saja di kurikulum Amerika ditambah dengan banyak praktik sedangkan di Indonesia ditambah dengan aspek sikap baik spiritual atau sosial. Di Amerika pendidikan geografi lebih menekankan pada pengetahuan spasial (peta) Amerika saja sedangkan materi di Indonesia lebih beragam (kompleks) baik secara region, interaksi wilayah, waktu, maupun hubungan dengan manusia.
Kelemahaan dari kedua kurikulum pendidikan geografi di kedua negara ini adalah masih sedikitnya jumlah ahli geografi yang melakukan penelitian geografi sehingga perkembangan ilmu geografi tidak sepeset ilmu alam atau matematika. Selain itu geografi masih dianggap ilmu nomor dua dalam dunia pendidikan karena dianggap tidak secara langsung menaruh andil besar dalam kemajuan sebuah bangsa. Namun sekarang anggapan seperti ini sedikit demi sedikit mulai luntur mengingat pengetahuan spasial dapat membantu masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar