1.
KURIKULUM
PENDIDIKAN GEOGRAFI DI INDONESIA
Geografi sebagai ilmu yang mempelajari
hubungan kausal berbagai gejala dan peristiwa di permukaan bumi, merupakan mata
pelajaran penting yang dapat memberikan sumbangsih dalam mengatasi permasalahan
dunia. Di sejumlah negara, geografi telah ditempatkan sebagai mata pelajaran
inti dan telah banyak membantu proses pengambilan keputusan dalam pembangunan.
Di Indonesia, materi geografi diberikan pada jenjang pendidikan dasar sebagai
bagian integral dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan baru diberikan pada jenjang
pendidikan menengah atas sebagai mata pelajaran tersendiri. Untuk mencapai
kompetensi bidang geografi pada Abad XXI, Kurikulum 2013 telah mempertimbangkan
berbagai tuntutan, masalah, dan harapan bangsa Indonesia pada khususnya dan
harapan dunia pada umumnya sebagaimana yang dirumuskan pada Framework for 21st Century Learning. Kurikulum
2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku.
A. Kompetensi
Setelah Mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial di Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi
salah satu mata pelajaran di pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs), sedangkan di
pendidikan menengah (SMA/MA) IPS dikenal sebagai kelompok peminatan
bersama-sama dengan peminatan MIPA; Bahasa dan Budaya. IPS di pendidikan dasar
khususnya SD, bersifat terpadu-integrated karena itu pembelajarannya tematik.
Pada kelas rendah (I,II dan III) IPS dipadukan dengan mata pelajaran Bahasa
Indonesia, PPKn, dan Matematika; pada SD/MI kelas tinggi (Kelas IV, V, dan VI)
menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Pada jenjang SMP/MTs, pembelajarannya bersifat terpadu-korelatif, secara
materi konsep-konsep ilmu sosial dalam IPS belum terikat pada tema. Pada
pendidikan menengah yaitu SMA/MA IPS
menjadi kelompok peminatan, yang di dalamnya terdiri atas mata pelajaran yang
berdiri sendiri (monodisipliner) yaitu Geografi, Sosiologi, Ekonomi, dan
Sejarah.
B.
Kompetensi
Dasar Pembelajaran Geografi di Sekolah
Mata pelajaran geografi pada jenjang
SMA merupakan kelanjutan dan tidak terpisahkan dari mata pelajaran IPS yang
telah diberikan di sekolah pada jenjang SD dan SMP. Oleh karena itu,
pengembangan kompetensi Mata Pelajaran Geografi memperhatikan prinsip relevansi
dan keberlanjutan (kontinuitas) dari kompetensi yang telah diberikan
sebelumnya.
- Ruang
lingkup mata pelajaran geografi yang terinci pada tujuh butir sebagaimana telah
diuraikan di atas yaitu (a) literasi keruangan dan keterampilan geografi, (b) geografi fisik, (c) geografi manusia, (d)
interaksi lingkungan,(e) geografi regional, (f) pemanfaatan geografi, (g)
koneksi global dan pengelolaan perubahan.
C. Kontekstualisasi
Pembelajaran Sesuai dengan Keunggulan
dan Kebutuhan Daerah,
dan Kebutuhan Peserta Didik
Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dan diperkaya
dengan konteks daerah atau sekolah serta konteks global untuk mencapai kualitas
optimal hasil belajar pada peserta didik. Kontekstualisasi pembelajaran
bertujuan agar peserta didik tetap berada pada budayanya, mengenal dan
mencintai lingkungan alam dan sosial di sekitarnya dengan perspektif global,
sekaligus menjadi pewaris bangsa sehingga menjadi generasi tangguh dan
berbudaya Indonesia.
Kontekstualisasi
pembelajaran geografi dapat dilakukan melalui
strategi-strategi sebagai berikut.
1. Memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai contoh dan ilustrasi dalam kegiatan pembelajaran. Contohnya adalah menceritakan
kondisi lingkungan
dalam bentuk narasi atau menunjukkan foto tentang situasi dan kondisi
lingkungan, serta memberi tugas kepada peserta didik untuk mengobservasi
lingkungan sekitar.
2. Mengangkat masalah atau kasus yang terjadi
di lingkungan sekitar sebagai bahan kajian dalam diskusi dan kegiatan
pembelajaran berbasis masalah lainnya (problem
based learning)
3. Membuat peta, menganalisis citra pengindraan jauh, membuat tulisan, dan/atau
tugas lainnya tentang wilayah setempat atau wilayah lain
yang berada dalam jangkauan peserta didik.
4. Memanfaatkan
sumber belajar, media pembelajaran, dan alat peraga yang diambil dari
lingkungan sekitar
2.
KURIKULUM
PENDIDIKAN GEOGRAFI DI AMERIKA
Tahun 1989, gubernur negara bagian dan
Presiden Bush memasukkan geografi sebagai satu dari lima mata pelajaran inti
dalam dokumen National Educational Goals.
Riding media coattails dan federal
menyetujui, kemudian National Geographic
Society (NGS) mengembangkan dokumen Geography
For Life (GFL) sebagai Standar Geografi Nasional, 1994. Dokumen ini
berfungsi sebagai landasan utama untuk analisis yang dilakukan dalam penelitian.
Dalam Tujuan Presiden Clinton tahun 2000: Undang-Undang Amerika, mengatakan
bahwa geografi merupakan salah satu dari sembilan mata pelajaran inti, namun
tidak diwajibkan dalam standar setiap negara dan tidak memiliki aturan khusus.
A.
Metode
Analisis Konseptual Kurikulum Nasional
Menganalisis masing-masing kurikulum
(isi) untuk standar geografi (konsep) menggunakan analisis konseptual. Ada 18
standar geografi nasional pada tingkat pendidikan. Masing-masing definisi
konseptual yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Tingkat
Pendidikan: Dibagi menjadi empat tahap pengetahuan yang harus dicapai yaitu:
Sebelum akhir kelas Pertama, Keempat, Kedelapan, dan Keduabelas. Variabel ini
mencerminkan segmen pendidikan Geography
For Life (GFL) dan No Child Left
Behind Act (NCLB).
b. Kurikulum
Perguruan Tinggi : Apapun yang negara sebut kurikulum mengacu pada topik dan
tujuan yang tercakup dan dibahas dalam pendidikan publik mereka, khususnya
kurikulum geografi. Ini dipecah lagi oleh tingkat pendidikan, dengan catatan:
jika kisaran kelas tiga-lima konten dianalisis di kelas empat, jika tidak ada
rincian untuk kelas satu apa yang tersedia disertakan dalam segmen kelas empat.
c. 18
standar geografi nasioal yang diidentifikasi sesuai dengan publikasi Geography For Life (GFL) tahun 1994, berdasarkan tingkat pendidikan. Standar ini harus
diperkenalkan, diperkuat dan juga dipertahankan sepanjang pengalaman pendidikan
seseorang.
B.
Pembelajaran
Pendidikan Geografi di Amerika
Tabel 1. Praktik Geografi: Geografi untuk Kehidupan,
Praktek Proyek Road Map, dan Praktik
Komite Penelitian Geografi
Keterampilan, Geografi dalam Hidup
|
Praktik projek Road
Map
|
Praktik, kelompok Penelitian Pendidikan Geografi
|
Meminta
pertanyaan geografis
|
Berpose
pertanyaan geografis
|
Merumuskan
pertanyaan geografis
|
Mendapatkan
informasi geografis
|
Mendapatkan
informasi geografis
|
Mendapatkan,
mengatur, dan menganalisis informasi geografis
|
Mengorganisir
informasi geografis
|
Mengorganisir
informasi geografis
|
Menganalisis
informasi geografis
|
Analyzing
geographic information
|
Menjawab
pertanyaan geografis
|
Menjawab
pertanyaan dan merancang solusi
|
Menjelaskan
dan mengkomunikasikan pola dan proses geografis
|
Mengkomunikasikan
informasi geografis
|
Tujuan Proyek Peta Jalan, mendefinisikan
proyek tersebut berfokus pada praktik geografi. Tiga praktik geografis spesifik
yang penting untuk dipelajari dan dipikirkan dengan mahir dalam geografi
diperoleh: (1) merumuskan pertanyaan geografis; (2) memperoleh, mengatur, dan
menganalisis informasi geografis; dan (3) menjelaskan dan mengkomunikasikan
pola dan proses geografis. Tiga praktek Road Map Project "memperoleh
informasi geografis," "mengatur informasi geografis," dan
"menganalisis informasi geografis." Fokus pada "di mana"
dan "mengapa ada" fenomena geografis membingkai cara geografi
memandang dunia dan bagaimana pengetahuan geografis dibangun (Roberts, 2003).
C.
Kontekstualisasi
Pendidikan Geografi di Amerika
Banyak guru di Amerika Serikat tidak memiliki
keterampilan dasar geografi. Aspek desentralisasi standar nasional ini menempatkan
pendidikan geografi pada kerugian dibandingkan dengan
negara-negara lain di seluruh dunia. Kebebasan mengambil spesialisasi di sekolah
swasta dapat mengorbankan mata pelajaran geografi itu sendiri. Pendidikan
geografi masih dianggap remeh. Negara-negara belum menempatkan geografi dalam kurikulum di setiap tingkatan sekolah. Pendidik
perlu memahami GFL untuk mengenalkan geografi selama di sekolah.
Kesimpulan
Kurikulum
pendidikan geografi baik di Amerika maupun di Indonesia sama-sama menggunakan
pendekatan abad 21 dimana dalam pembelajaran menekankan siswa untuk berpikir
kritis dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penilaiannya
menggunakan aspek pengetahuan dan keterampilan pembedanyan hanya saja di
kurikulum Amerika ditambah dengan banyak praktik sedangkan di Indonesia ditambah
dengan aspek sikap baik spiritual atau sosial. Di Amerika pendidikan geografi
lebih menekankan pada pengetahuan spasial (peta) Amerika saja sedangkan materi
di Indonesia lebih beragam (kompleks) baik secara region, interaksi wilayah,
waktu, maupun hubungan dengan manusia.
Kelemahaan dari
kedua kurikulum pendidikan geografi di kedua negara ini adalah masih sedikitnya
jumlah ahli geografi yang melakukan penelitian geografi sehingga perkembangan
ilmu geografi tidak sepeset ilmu alam atau matematika. Selain itu geografi
masih dianggap ilmu nomor dua dalam dunia pendidikan karena dianggap tidak
secara langsung menaruh andil besar dalam kemajuan sebuah bangsa. Namun
sekarang anggapan seperti ini sedikit demi sedikit mulai luntur mengingat
pengetahuan spasial dapat membantu masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
mereka.