4/14/2021

Pemanfaatan Teknologi Dalam Mitigasi Bencana (TANAH LONGSOR DAN BANJIR)

A. Penerapan tehnologi dalam Mitigasi bencana tanah longsor
(1) Permukiman perlu ditempatkan pada daerah yang lebih aman dengan sistem cluster di berbagai lokasi, 
(2) Pemilihan lokasi mempertimbangan analisis risiko bencana dan tata ruang detil, 
(3) Konservasi berbasis biogeo-engineering. Pada lembah-lembah perbukitan perlu ditanami dengan pepohonan jenis kayu yang memiliki perakaran dalam, berfungsi sebagai penahan longsor. Buffer zone antara kawasan perlindungan dengan kawasan budidaya di bagian bawahnya dibuat dengan tanaman pohon yang kuat, ditanam rapat dan membentuk sabuk hijau yang tebal, 
(4) Perlu dibangun sistem peringatan dini longsor berbasis kondisi geologi dengan aspek dinamis curah hujan, 
(5) Perlu dibuat peta kerentanan longsor yang dinamis dengan skala detil, 
(6) Perlu dievaluasi secara resiko bencana longsor tentang keberadaan permukiman 
 
B. Bencana banjir
Upaya pengendalian banjir melalui pemanfaatan teknologi itu adalah sebagai berikut: Pertama, dengan membuat lubang resepan biopori. Teknologi ini digunakan untuk kawasan perumahan dan pusat pertokoan/perbelanjaan yang merupakan perubahan tata guna lahan dari areal resepan menjadi kedap air. Teknologi lubang resapan biopori berfungsi untuk mengurangi limpasan air hujan dengan meresapkan lebih banyak volume air ke dalam tanah sehingga mampu meminimalkan kemungkinan terjadinya banjir. Lubang resapan biopori merupakan salah satu rekayasa teknik konservasi air. Berupa lubang-lubang yang dibuat pada permukaan bumi yang berperan sebagai pintu masuk air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Kedua ,menggunakan drainase sumur resapan. Teknologi ini memanfaatkan ruang kosong di antara butir-butir tanah di atas permukaan air tanah untuk mengalirkan air hujan hingga ke muka air tanah. Dua syarat minimal yang diperlukan agar sistem sumur resapan bekerja adalah adanya ruang antara dasar sumur dengan muka air tanah dan permeabilitas tanah yang cukup. Teknologi ini cenderung mudah untuk di aplikasikan. Hal pertama yang harus diketahui adalah kedalaman muka air tanah dari permukaan tanah. Hal ini bisa diketahui dari kedalaman sumur di sekitarnya. Ketiga, sistem sumur injeksi. Teknologi ini telah digunakan oleh pemerintah Jerman untuk mengolah natural resource menjadi lebih berguna. Pada sistem ini air dimanfaatkan sebagai potensi dalam memperbaiki lingkungan, sedangkan pada waduk dan sodden air yang melimpah dialirkan kelaut secara Cuma-Cuma. Keempat, pemanenan air hujan (rainwater harvesting). Upaya yang satu ini sudah diterapkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Konsep pemanenan air hujan adalah penerapan konsep detensi dan retensi, yaitu menahan atau menampung air hujan yang selanjutnya diserapkan ke dalam tanah. Tujuan pemanfaatan kolam detensi dan retensi adalah untuk menurunkan puncak banjir dan memperbaiki kandungan air tanah suatu wilayah. Penerapan tehnologi dalam mitigasi bencana gempa bumi yaitu dengan menggunakan seismograf untuk mengetahui seberapa besar kekuatan getaran muka bumi. Selain itu juga menggunakan penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk mengetahui peta daerah rawan banjir.